Languages فارسی فارسى درى English اردو Azəri Bahasa Indonesia پښتو français ไทย Türkçe Hausa Kurdî Kiswahili Deutsche РУС Fulfulde Mandingue
Scroll down
Ahlul Bait

Problem Solving Perspektif Nahjul Balaghah

2021/05/23

Problem Solving Perspektif Nahjul Balaghah

Nahjul Balaghah merupakan kumpulan dari pidato-pidato, surat-surat dan hikmah-hikmah (kata-kata mutiara singkat) Imam Ali as yang disusun oleh Sayyid Radhi pada akhir abad ke-4 Hijriyah.

Imam Ali as menyebutkan solusi saat kita melakukan kesalahan yang tercantum dalam Hikmah ke-24.

وَ قَالَ (علیه السلام): مِنْ كَفَّارَاتِ الذُّنُوبِ الْعِظَامِ، إِغَاثَةُ الْمَلْهُوفِ وَ التَّنْفِيسُ عَنِ الْمَكْرُوبِ

Imam Ali as berkata, “Di antara penghapus dosa-dosa besar adalah memberikan pertolongan kepada orang-orang yang bersedih karena perbuatan lalunya, dan menghilangkan kesedihan orang-orang yang bersedih.”

Dalam kehidupan sehari-hari, kita pasti pernah melakukan kesalahan, misalnya tak sengaja memecahkan gelas berharga warisan keluarga yang nilainya sangat tinggi. Namun, dengan pecahnya gelas tersebut, maka nilainya menjadi jatuh. Sengaja ataupun tidak, kita melakukan kesalahan tersebut, pasti harus ada solusinya.

Nah, jika kita melakukan kesalahan, sengaja maupun tidak, maka apa yang harus kita lakukan, apakah solusinya?

Kaffarah menyebabkan dosa dan efeknya pun hilang. Secara bahasa Ighasah artinya memberikan pertolongan, Malhuf artinya mengeluh/bersedih atas barang yg telah lalu/luput, Naffasa, artinya melegakan, bernafas karena bisa lega, menghilangkan kesusahan atau menyenangkan orang lain.

Seseorang telah melakukan dosa besar yang merugikan keluarga atau orang lain, Misalnya ia telah berbohong yang menyebabkan keluarga bermusuhan. Jika ia ingin permasalahannya terselesaikan dan dosa serta efeknya terhapus, menurut Imam Ali as harus melakukan dua hal ini:

  1. Jika misalnya melihat orang yang kehilangan uang dan sangat sedih, dan sangat memerlukan uangnya, bisakah menolongnya? Atau, ada orang yang sedih karena kehilangan anaknya, maka datanglah untuk bertakziah, dan berempati dengannya. Memberikan pertolongan kepada yang membutuhkan pertolongan, seperti melihat orang tua yang perlu bantuan karena membawa barang berat maka berikanlah pertolongannya.
  2. Menghilangkan kesedihan dari hati orang-orang yang sangat bersedih. Misalnya mendengarkan orang yang curhat orang yang tengah bersedih karena masalah yang dihadapinya. Jika melakukan kesalahan besar maka datangilah dan dengarkanlah curhatan orang yang bersedih.

Ucapan Imam Ali as sebuah pengajaran untuk kita, sering berlatih, lihatlah orang di sekitar kalian, di jalan dan lainnya, apakah ada yang tengah bersedih? Apakah ada orang yang perlu pertolongan? Efek perbuatan-perbuatan ini adalah terampuninya dosa-dosa besar.

Inilah solusi yang Imam as berikan kepada kita. Namun, perlu dicatat jangan sampai curhat orang yang bersedih itu menyebabkan ghibah, dalam hal ini harus hati-hati dan perlu latihan. Latihan untuk menyampaikan yang tidak akan menyebabkan orang yang curhat menjadi berpandangan negatif terhadap orang yang dicurhatkan yg membuatnya ia bersedih. Berlatihlah bicara dengan baik dalam hal ini.

Ada point yang harus diketahui, bahwa curhat tidak selalu menyebabkan ghibah. Misalnya seseorang yang konsultasi, maka untuk mengetahui permasalahannya dengan baik, dan menganggap sebagai orang yang dapat dipercaya, dan faham bahwa ia dapat membantu menyelesaikan masalah ini, maka dalam hal ini bukan ghibah jika harus membeberkan sisi baik dan buruknya seseorang yang dikonsultasikan.

Karena itu, jika ingin curhat tentang seseorang yang kita menjadi sedih atau sakit hati karena perbuatannya, maka pertama kita harus menyampaikan kebaikannya. Misalnya, ibuku sangat baik, begitu dan begini, tapi beliau sulit diajak bicara dalam hal ini, bantulah aku untuk menyelesaikannya.

Sebagian ada yang boleh dighibah, misalnya seseorang yang perbuatannya sangat masyhur, seperti seseorang yang terkenal dengan pakaian yang sangat sensasional di kotanya, maka dalam hal ini bukan ghibah karena sudah diketahui umum. Ghibah terhadap orang yang berbuat fasik terang-terangan, secara hukum boleh dibolehkan.

Jika seseorang menceritakan tentang keburukan dirinya kepada orang lain yang akan menyebabkan orang lain berpandangan negatif, jika tidak perlu, maka lebih baik diam, karena dengan menceritakan keburukan dirinya berarti sudah menjatuhkan harga dirinya sendiri.

Dari mana kita tahu bahwa hikmah Imam Ali as akan menjadi solusi masalah kita?

Dengan memperhatikan secara seksama saat membacanya, apakah akan bermanfaat bagi kehidupan kita ataukah tidak? Kita harus belajar, secara bertahap dalam hal ini, nanti kita akan terbiasa.

Misalnya tiba-tiba merasa sedih atau senang, apakah Imam Ali as akan membantu kita? Bukalah al-Quran atau Nahjul Balagah, “Ya Allah, kenapa aku punya masalah ini?” Awal-awal mungkin agak sulit, namun lama-lama akan terbiasa dan ini perlu latihan.

Soal: Dalam budaya Indonesia, jika kita bertemu dengan orang dan tidak tersenyum, meskipun itu laki-laki non muhrim, maka dikatakan tidak punya etika atau tidak sopan. Menurut agama bagaimana tersenyum kepada laki-laki non murim?

Jawab: Islam tidak mengatakan bahwa harus cemberut, atau sebaliknya harus sangat ramah, tapi yang wajar saja. Laki-laki dan perempuan memiliki berperilaku yang sesuai dengan etika masyrakat. Kita sendiri yang harus menjaga aturan Islam, tersenyum ke anak-anak, orang yang lebih tua, baik itu muslim ato non muslim, tapi tidak sembarangan tersenyum ke semua orang terkhusus kepada laki-laki yang tidak ada urusan kita harus tersenyum kepadanya.

Sumber: Ikmalonline

  • Materi ini disampaikan oleh Doktor Qahremani pada pertemuan ke-2 Kelas Online Nahjul-Balaghah