Languages فارسی فارسى درى English اردو Azəri Bahasa Indonesia پښتو français ไทย Türkçe Hausa Kurdî Kiswahili Deutsche РУС Fulfulde Mandingue
Scroll down
Hikmah

Bagaimanakah Kehidupan Manusia Di Jaman Nabi Adam As

2021/01/10

Bagaimanakah Kehidupan Manusia Di Jaman Nabi Adam As

Memilih gunung-gunung dan goa-goa sebagai tempat tinggal yang dilakukan manusia-manusia pertama dari generasi Nabi Adam juga ditegaskan dalam al-Quran. Namun terkait dengan adanya manusia-manusia lain sebelum Nabi Adam As, terdapat banyak bukti dan kehidupan manusia-manusia purbakala di goa-goa. Bukti-bukti ini adalah bukti-bukti yang tidak dapat diingkari. Karena itu, prasasti-prasasti dan peninggalan-peninggalan bersejarah yang terdapat di goa-goa atau jalan-jalan lainnya harus dibuktikan. Prasasti-prasasti itu berhubungan dengan zaman apa?

Bagaimana pun jelas bahwa sejarah penciptaan Nabi Adam tidak kembali hingga masa-masa yang sangat jauh.


Untuk memperoleh jawaban kiranya Anda perlu memperhatikan beberapa poin berikut:

Terdapat banyak bukti bahwa sebelum Nabi Adam, Bapak Manusia (Abu al-Basyar), terdapat manusia-manusia yang hidup dan tidak berasal dari keturunan Nabi Adam.
Allamah Thabathabai berkata, “Ayat 3 surah al-Baqarah (2) menengarai bahwa sebelum penciptaan Adam As terdapat manusia-manusia yang hidup dimana para malaikat dengan ingatan pikiran mereka tentang manusia, bertanya kepada Allah Swt, “Apakah Engkau akan menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan di dalamnya dan menumpahkan darah.”[1]

Dalam kitab Tauhid Shaduq juga diriwayatkan dari Imam Shadiq As bahwa beliau bersabda, “Kalian mengira bahwa Allah Swt tidak menciptakan manusia lain selain kalian. Sebaliknya (Allah Swt) menciptakan ribuan ribuan Adam dimana kalian adalah generasi terakhir Adam dari generasi-generasi Adam (lainnya).[2]

Prasasti-prasasti dan peninggalan-peninggalan yang ditemukan dalam goa-goa dapat membuktikan bahwa manusia-manusia dari generasi masa kini juga dulunya menghuni goa-goa.[3] Namun apakah semua indikasi dan tanda-tanda ini berhubungan dengan manusia-manusia yang berasal dari generasi yang hidup dalam goa-goa atau berhubungan dengan manusia-manusia sebelum generasi ini. Hal ini adalah sesuatu yang harus ditetapkan dan dibuktikan.[4] Hanya saja secara lahir yang dapat disimpulkan dari ayat-ayat al-Quran bahwa generasi-generasi yang ada sekarang berasal dan berujung pada Nabi Adam As dan istrinya.[5]
Misalnya Allah Swt berfirman, “Hai anak cucu Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh setan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua orang tuamu dari surga.” (Qs. Al-A’raf [7]:27)

Kita tahu bahwa al-Quran merupakan sebuah kitab yang diperuntukkan bagi seluruh umat manusia dan seruannya kepada seluruh manusia. Atau pada ayat lainnya, Allah Swt berfirman, “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan darinya Allah menciptakan istrinya; dan dari keduanya Allah mengembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu.” (Qs. Al-Nisa [4]:1)

Berdasarkan hal ini; apabila prasasti yang ditinggalkan di goa-goa dapat dipahami sejarahnya dan berhubungan dengan periode-periode hingga jutaan tahun silam, maka harus dikatakan bahwa prasasti peninggalan ini tidak berhubungan dengan manusia zaman sekarang karena nampaknya kisah penciptaan Nabi Adam As tidak sampai berusia lebih dari 7000 tahun lamanya hingga hari ini.[6]

Namun apabila berhubungan dengan sejarah setelah masa ini, bukan mustahil kita mengatakan bahwa prasasti-prasasti dan peninggalan-peninggalan ini tidak berasal dari manusia-manusia penghuni goa dan manusia-manusia dari generasi Adam As juga hidup di dalam goa.

Dengan melakukan perbandingan kerangka bangunan masa kini dan kerangka bangunan masa lalu akan membimbing kita bahwa pada masa-masa dahulu, proses pembangunan rumah dilakukan lebih sederhana dan bahkan kehidupan generasi-generasi pertama manusia menggunakan rumah-rumah yang sangat sederhana atau menggunakan atap-atap gunung-gunung atau goa-goa yang terdapat di sekeliling mereka untuk menjaga diri mereka dari bahaya dingin, panas dan serangan hewan-hewan, mengingat tiadanya fasilitasi pembangunan rumah pada waktu itu. Hal ini merupakan suatu hal yang wajar sebagaimana hal ini juga disinggung dalam al-Quran.

Al-Quran menyatakan. “Dan Allah menjadikan bagimu tempat bernaung dari apa yang telah Dia ciptakan, dan Dia jadikan bagimu tempat-tempat berlindung di gunung-gunung” (Qs. Al-Nahl [16]:81) “aknân” (gunung-gunung) adalah kata jamak “kan” (yang bertimbangan jan) bermakna media untuk menutupi, menjaga dan meyimpan. Atas dasar itu tempat-tempat persembunyian, goa-goa dan tempat-tempat berlindung yang terdapat di goa-goa disebut sebagai aknan.

Di sini kita lihat dengan jelas bahwa goa-goa dan tempat-tempat berlindung di gunung-gunung itu disebutkan sebagai karunia yang berharga dan diperhitungkan.[7]

Bertempat tinggal dan berdiam dalam goa-goa serta pada kedalaman gunung-gunung bahkan setelah manusia dapat menciptakan industri pembangunan rumah di antara sebagian kaum pada generasi-generasi setelahnya, merupakan suatu hal yang lumrah dan pertanda peradaban. Hal ini sebagaimana dilaporkan dalam al-Quran tentang sebuah kaum yang mengukir gunung-gunung sebagai rumah-rumah mereka dan mereka tinggal di dalamnya.[8]

Dengan demikian, boleh jadi para penghuni goa adalah manusia-manusia yang berasal dari generasi Nabi Adam dan tidak ada masalah kita mengatakan demikian.

Sumber:

[1]. Terjemahan Persia al-Mizân, jil. 4, hal. 223.

[2]. Ibid, hal. 231.

[3]. Sebagian orang yang meyakini bahwa para penghuni goa adalah manusia-manusia yang berasal dari generasi sekarang ini merupakan sebuah hal yang pasti. Dairat al-Ma’arif Nu’, jil. 4, hal. 331.

[4]. Terjemahan Persia al-Mizân, jil. 4, hal. 223.

[5]. Ibid.

[6]. Untuk telaah lebih jauh silahkan lihat, Indeks: Usia Manusia dalam Perspektif al-Quran, Pertanyaan 701.

[7]. Silahkan lihat, Tafsir Nemune, jil. 11, hal. 346.

[8]. Silahkan lihat “Dan kamu pahat sebagian dari gunung-gunung untuk dijadikan rumah-rumah.” (Qs. al-Syu’ara [26]:149)